Ilyas Mohamad (CEO brainline.id)
POHUWATO (brainline.id) – Perhitungan Suara Ulang (PSU) di Dapil 6 Provinsi Gorontalo (Boalemo–Pohuwato) tak hanya menguras energi caleg DPRD Provinsi, tapi juga merubah peta situasi politik di dua Kabupaten ini. Layaknya, ‘extra time’ di sepakbola, PSU ini telah membentuk poros kekuatan baru yang tak disangka-sangka.
Sebut saja partai Golkar yang di pileg beberapa waktu lalu berhasil meraih 2 kursi, kini hanya bisa puas dengan perolehan 1 kursi. Golkar Boalemo dan Pohuwato gagal mengikuti Gerindra, Nasdem dan PDI-Perjuangan yang masih kokoh dengan 2 kursinya ke Puncak Botu.
Srikandi Golkar Pohuwato, Nikma Tahir pun harus menelan pil pahit tak lagi menjadi legislator di DPRD Provinsi Gorontalo. Sebelumnya, Nikma Tahir adalah pemegang suara terbanyak di Golkar dengan perolehan 6.597 suara di pileg sebelumnya.
Prahara juga melanda PDIP di kocok ulang pemilihan legislatif kali ini. Politisi kawakan sekelas Dedi Hamzah pun tak mampu mempertahankan suara signifikan miliknya di pileg sebelumnya. Dengan modal 13.552 suara sebelumnya, politisi PDIP ini harus mengalah pada Wahyudin Moriduy yang saat PSU meraih suara cukup signifikan. Anak dari mantan Bupati Boalemo mendampingi seniornya La Ode Haimudin yang melenggang santai ke puncak Botu.
Setali tiga uang, hal senada juga terjadi juga di partai Nasdem. Meskipun mampu mempertahankan 2 kursi ke DPRD Provinsi, peraih suara terbanyak di pileg beberapa waktu lalu, Rivel Pagau kini hanya bisa mengelus dada. Dia berada di posisi ketiga, digantikan mantan guru honorer sekaligus pengusaha muda Djoni Dalanggo di ajang PSU kali ini.
Namun ini belum final, belakangan peraih suara terbanyak Mikson Yapanto ‘kedapatan’ melakukan ‘money politic’. Masih ada harapan tentu saja bagi Rivel yang juga putra kesayangan mantan Bupati Boalemo Rum Pagau. Namun pertanyaannya apakah Mikson Yapanto akan didiskualifikasi atau tetap dilantik menjadi legislator?.
Bagi Gerindra sendiri, PSU ini tak hanya menjadi cobaan politik namun juga sebagai ajang pembuktian partai besutan Prabowo Subianto ini. Srikandi Gerindra Pohuwato Nani Mbuinga tak tergoyahkan di puncak. Sementara kursi selanjutnya menjadi rebutan dua kader Gerindra, yakni Limonu Hippy dan Irianto Hiola.
Sementara itu PSU kali ini juga merubah takdir caleg yang pada pileg sebelumnya tidak terpilih kembali berjuang dan mendapatkan hasil yang signifikan. Lihat saja di PAN, di PSU kali ini mantan wakil bupati Boalemo Anas Yusuf menggeser “jatah kursi “ Ismail Alulu. Takdir juga berpihak pada Sapia Tuna, srikandi Partai Demokrat yang terpilih secara mengejutkan di PSU ini. Dari info yang beredar, dia mampu meraih suara 7.352 jauh diatas Rivat Gobel yang hanya mampu “runner up” di partai besutan SBY ini.
Bagi PKS sendiri, PSU dapil Boalemo-Pohuwato ini membawa berkah tersendiri. Jatah 1 kursi dari Partai Golkar, diambil dengan penuh perjuangan. Ya, PKS menjadi pendatang terbaru dianggap “biang kerok” dari kocok ulang PSU dapil Gorontalo 6 ini.
PKS merupakan satu-satunya partai yang menggugat jatah 30 % keterwakilan dalam Daftar Caleg Tetap (DCT) ke Mahkamah Konsititusi. Tak sia-sia perjuangan PKS yang sangat melelahkan dan menghabiskan banyak energi. PKS mengirim Mustafa Yasin ke Puncak Botu, dan membuat Golkar Pohuwato kehilangan kadernya di DPRD Provinsi Gorontalo.
Namun seperti Mikson Yapanto, Mustafa Yasin belum bisa bernafas lega. Pengusaha travel ini dilaporkan 3 warga Pohuwato ke Bawaslu Pohuwato. Seperti halnya Mikson, politisi PKS ini juga “kedapatan” menggunakan trik terlarang demokrasi, yakni politik uang.
Laporan ini saat ini sedang didalami oleh Bawaslu Pohuwato, berikut dengan pemeriksaan saksi dan barang bukti berupa uang tunai dan selebaran. Hasilnya masih akan menunggu hasil proses penyidikan dan rekomendasi Bawaslu Pohuwato.
Tahapan PSU sudah selesai dan tinggal menunggu rekapitulasi manual bertahap oleh KPU. PSU kali ini tak hanya menjadi prahara yang mengagetkan tapi juga sebagai bahan evaluasi dan introspeksi KPU sebagai penyelanggara dan Parpol sebagai peserta pesta demokrasi 5 tahunan ini. Selain “keliru” menafsirkan PKPU, minat dan anoimo pemilih untuk datang ke TPS di PSU ini juga berkurang. (yaz/brl)